Thursday 12 March 2015

CRIME PREVENTION

Crime Prevention

"Prevention is the first imperative of justice" (United Nations document S/2004/616, para. 4)

"Crime Prevention comprises strategies and measures that seek to reduce the risk of crimes occurring, and their potential harmful effects on individuals and society, including fear of crime, by intervening to influence their multiple causes." Guidelines for the Prevention of Crime ECOSOC Resolution 2002/13, Annex.

Crime prevention is a multi-sectoral, multi-disciplinary, and integrated endeavour.

For a future without fear.

The introduction to the Guidelines for the Prevention of Crime indicates that: "There is clear evidence that well-planned crime prevention strategies not only prevent crime and victimization, but also promote community safety and contribute to sustainable development of countries. Effective, responsible crime prevention enhances the quality of life of all citizens. It has long-term benefits in terms of reducing the costs associated with the formal criminal justice system, as well as other social costs that result from crime." (Economic and Social Council resolution 2002/13, annex), (above) .

In 2005, the Economic and Social Council (ECOSOC), in itsResolution 2005/22 Action to promote effective crime prevention, requested UNODC to achieve a balanced approach between crime prevention and criminal justice responses, and to further develop initiatives on crime prevention. In 2008, ECOSOC, in its Resolution 2008/24 Strengthening prevention of urban crime: an integrated approach, encouraged member states to integrate crime prevention considerations into all relevant social and economic policies and programmes in order to effectively address the conditions in which crime and violence can emerge.

In accordance with the United Nations standards and norms on crime prevention, UNODC actively contributes to international and national efforts to prevent and control crime. UNODC assists requesting member states to enhance the capacity of key crime prevention actors and systems to operate more effectively, with particular attention to vulnerable groups. To that effect,  UNODC works in close partnership with national and regional counterparts, other UN agencies, civil society organizations, academia, the business sector, and other key actors. UNODC also focuses on the development of specialized tools and manuals in support of policy making and the delivery of technical assistance.

Recognizing the multiple causes of crime and as the custodian of the United Nations standards and norms in crime prevention and criminal justice, UNODC promotes strategies, plans, and programmes, which are multi-sectoral, multi-disciplinary, and which favour civil society participation. Such strategies and action plans are underpinned by the basic principles for the prevention of crime (Guidelines for the Prevention of Crime, ECOSOC Resolution 2002/13, Annex) (above):

Government leadership at all levels is required to create and maintain an institutional framework for effective crime prevention.Socio-economic development and inclusion refer to the need to integrate crime prevention into relevant social and economic policies, and to focus on the social integration of at-risk communities, children, families, and youth.Cooperation and partnerships between government ministries and authorities, civil society organizations, the business sector, and private citizens are required given the wide-ranging nature of the causes of crime and the skills and responsibilities required to address them.Sustainability and accountability can only be achieved if adequate resources to establish and sustain programmes and evaluation are made available, and clear accountability for funding, implementation, evaluation and achievement of planned results is established.Knowledge base strategies, policies and programmes need to be based on a broad multidisciplinary foundation of knowledge, together with evidence regarding specific crime problems, their causes, and proven practices.Human rights/rule of law/culture of lawfulness the rule of law and those human rights which are recognized in international instruments to which Member States are parties must be respected in all aspects of crime prevention, and a culture of lawfulness actively promoted.Interdependency refers to the need for national crime prevention diagnoses and strategies to take into account, where appropriate, the links between local criminal problems and international organized crime.The principle of differentiation calls for crime prevention strategies to pay due regard to the different needs of men and women and consider the special needs of vulnerable members of society.

Tuesday 10 March 2015

Tolong Menolong

Borang Keahlian AKRAM terbaru 14 FEB 2015.pdf -
https://docs.google.com/file/d/0B0ALfI5h7_n4b1g0VUJOX20xT1k/edit?usp=docslist_api

Menolong

Written by Mohamad A'sim bin Ismail. Posted inArtikel

http://www.ikim.gov.my/index.php/ms/artikel/8453-tuntutan-prinsip-tolong-menolong

Tolong menolong merupakan satu keperluan dalam kehidupan kita.  Sebagai manusia yang mempunyai kemampuan yang berbeza-beza, kelebihan kita dalam suatu perkara dapat memberi manfaat bukan sahaja kepada diri sendiri bahkan orang lain yang memerlukan.  Begitu juga kelebihan orang lain akan memberi kebaikan kepada kita.  Untuk mewujudkan hubungan yang harmoni dan saling lengkap-melengkapi sesama manusia maka manusia memerlukan antara satu sama lain.  Jadi antara konsep penting yang perlu ada dalam perhubungan sesama manusia ialah tolong-menolong.  Dalam kamus Dewan Edisi Keempat konsep bertolongan ini membawa maksud bantu-membantu, saling membantu. 

Dari segi agama, Islam menuntut manusia tolong-menolong dalam perkara yang memberi kebaikan kepada mereka.  Firman Allah SWT dalam surah al-Maidah ayat 2, maksudnya:

"...Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan bertaqwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa (maksiat) dan pencerobohan. Dan bertaqwalah kepada Allah, kerana sesungguhnya Allah Maha Berat azab seksaNya (bagi sesiapa yang melanggar perintahNya).

Ibn Khathir menjelaskan bahawa ayat ini menerangkan suruhan Allah SWT kepada orang mukmin untuk saling bantu-membantu melakukan kerja-kerja yang baik dan bertakwa menjauhi perkara yang mungkar serta melarang mereka daripada melakukan perkara yang batil, dosa dan maksiat.  Ibnu Jarir menegaskan bahawa pengertian dosa ialah tidak menunaikan perkara yang disuruh Allah SWT dan maksud pencerobohan dalam ayat di atas ialah melampaui had-had yang Allah SWT tetapkan dalam urusan agama dan melampaui ketetapan yang difardhukan ke atas diri manusia sendiri dan juga manusia yang lain.  

Ibn Khatir seterusnya menguatkan lagi penjelasan mengenai ayat di atas yang menunjukkan tabiat kehidupan ini dengan membawa dua buah hadis.  Hadis pertama diriwayatkan oleh Imam Ahmad, maksudnya "Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas perlakuan mereka adalah lebih baik dan besar pahalanya daripada mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas perilaku mereka." (Imam Ahmad).

Hadis kedua menyentuh keperluan untuk saling bantu membantu orang yang dizalimi dan juga menzalimi.  Baginda SAW bersabda maksudnya, "Tolonglah saudaramu yang menzalimi dan yang terzalimi".  Maka para sahabat bertanya, "Menolong yang terzalimi memang kami lakukan, tapi bagaimana menolong orang yang melakukan zalim?".  Rasulullah SAW menjawab, "Mencegahnya daripada terus menerus melakukan kezaliman itu bermaksud engkau telah menolongnya." (Imam Bukhari dan Muslim).

Imam al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya menerangkan bentuk prinsip am ta'awun melalui contoh seorang alim membantu manusia dengan ilmunya, seorang kaya membantu orang lain dengan hartanya, seorang yang berani membantu dengan keberaniannya berjuang di jalan Allah SWT.  Setiap manusia saling menghulurkan bantuan kepada orang lain mengikut kemampuannya.  Ini merupakan puncak kepada tuntutan akhlak yang ingin disampaikan oleh ayat di atas untuk manfaat manusia.

Dalam sejarah Islam sikap tolong menolong dapat kita ambil teladan daripada para sahabat.  Ketika kaum Muhajirin berhijrah ke Madinah, kaum Ansar memperlihatkan sikap bantu-membantu yang luar biasa terhadap saudara mereka daripada kalangan kaum Muhajirin.  Abdul Rahman bin Auf yang tidak mempunyai sebarang harta lagi bersaudara dengan seorang daripada kaum Ansar iaitu Sa'ad bin Rabi'.  Sa'ad menawarkan untuk membahagikan separuh daripada hartanya kepada Abdul Rahman tetapi ditolak cuma hanya meminta ditunjukkan jalan ke pasar.  Dari situlah Abdul Rahman mula berdagang mentega dan keju.  Dengan keahlian berdagang yang ada padanya dalam tempoh yang tidak lama beliau kembali menjadi seorang yang berharta  dan mencapai kekayaannya kembali.

Dalam kontek kita di Malaysia, tolong-menolong yang unik ialah tabung khairat kematian yang masih menjadi amalan apatah lagi di kampung-kampung.  Ia timbul dari rasa ikhlas para penyumbang yang saling bertolongan untuk memudahkan kerja-kerja pengurusan kematian dan juga mengurangkan beban waris yang kematian ahli keluarga terdekat.  Tabung khairat kematian juga merupakan antara faktor yang mencetus kepada wujudnya sistem takaful di negara kita.

Jika dilihat sebaliknya, tolong-menolong dalam melakukan maksiat akan mengakibatkan semua mereka yang terlibat mendapat balasan yang buruk. 

Ini dapat kita lihat kepada mereka yang terlibat dengan arak.  Orang yang berdosa bukan sahaja peminum arak bahkan yang memerah anggur (untuk tujuan arak), yang minta diperah, penjualnya, pembelinya, pengantar minuman dan sebagainya.  Ini ditegaskan nabi SAW yang melaknat mengenai arak sepuluh golongan: (1) yang memerahnya, (2) yang minta diperah, (3) yang meminum, (4) yang membawanya (5) yang minta dihantarkan (6) yang menuangkannya, (7) yang menjualnya, (8) yang makan harganya, (9) yang membelinya, (10) yang minta dibelikannya." (Imam Tirmizi).

Begitu juga dengan tolong-menolong dalam hal riba.  Mereka yang mendapat kutukan bukan sahaja pemberi riba tetapi juga pencatat serta saksi-saksinya.

Daripada Jabir r.a. sesungguhnya Rasulullah SAW melaknat orang yang makan riba, yang memberikannya, pencatatnya dan saksi-saksinya. Kemudian baginda SAW bersabda, "Mereka semua adalah sama." (Imam Muslim).

Jadi konsep tolong-menolong dalam Islam ada had dan garis panduannya.  Sebagai orang Islam sudah tentu garis panduan ini perlu dijaga dan dihayati sebaiknya-baiknya.  Kita jangan pula sampai terlibat dan membantu sesuatu perkara jahat dan dosa untuk mengelakkan diri daripada terheret sama dalam perbuatan dosa tersebut.

Jika dilihat dalam industri muamalah atau kewangan Islam di Malaysia unsur tolong menolong yang menjadi tuntutan Islam perlu dihayati bukan sahaja semata-mata menjadi panduan bertulis dalam dokumentasi dan seumpamanya.  Industri takaful khasnya yang bergerak di bawah prinsip tolong-menolong perlu memelihara konsep saling bantu-membantu ini sejajar dengan tuntutan Islam.  Pemain industri perlu mengimbangi operasi mereka yang berorientasikan keuntungan sehingga tidak mengorbankan prinsip tolong-menolong yang sebenar seperti tuntutan agama Islam.

Friday 6 March 2015

Sticker Rasmi AKRAM

Sticker Motosikal Pertubuhan Angkatan Relawan Masyarakat Malaysia kini boleh dibeli oleh Ahli AKRAM ,dapatkan melalui AJK AKRAM.